Tuesday, November 29, 2011

Dalam Resahku

Oh sungguh hanya gundah yang terasa
Aku tahu siapa kita
Bersabar ku menantimu disini,
tak tahu akan ujungnya.

Berteman asa, merenda kasih
Ah, hanya Tuhan yang tahu seberapa besar rasaku

*****

Terimakasih, ya Allah.. Kau kirimkan malaikat-Mu padaku. Meski kadang kurasa tak seindah yg pernah kubayangkan, tetap ku bersyukur pada-Mu, karena dia ada di hidupku.
An angel appears in human shape. I love him so much, ya Rabb.. Izinkan aku mendampinginya, selamanya. Aamiin..

Tuesday, November 22, 2011

My Sweet Seventeen

 Ulang tahun paling mengesankan bagiku adalah saat aku memasuki usia tujuh belas tahun. Waktu itu aku duduk di kelas 3 SMA. Aku masih ingat, beberapa hari sebelumnya teman-temanku bilang bahwa mereka ingin merayakan ulang tahunku dengan acara makan-makan. Aku menyanggupi permintaan mereka. Karena itu sehari sebelumnya aku meminta tolong pada Bu Ninik, guru mata pelajaran Bahasa Jepang untuk membantuku. Kami berencana membuat masakan Jepang. Kebetulan Bu Ninik pandai memasak.
Aku tidak ingin membuat teman-temanku kecewa, juga tidak ingin merepotkan kedua orang tuaku. Aku sudah mengumpulkan uang sakuku sejak beberapa minggu sebelumnya, jadi pada saat hari H kami bisa berbelanja untuk acara masak-memasak di rumah Bu Ninik tanpa meminta uang tambahan pada siapapun.
Tak disangka, tepat pada hari ulang tahunku, uang yang aku perkirakan cukup ternyata masih kurang untuk membeli bahan-bahan masakan. Aku panik setengah mati. Aku meminta tolong salah satu sahabatku untuk patungan uang dengan teman-teman yang ingin ikut. Sebenarnya aku malu karena aku tak ingin merepotkan mereka. Tapi bagaimana lagi, aku juga sudah terlanjur meminta tolong pada Bu Ninik, jadi tidak mungkin begitu saja acaranya aku batalkan.
Aku beserta dua teman sekelasku naik ke mobil Bu Ninik sepulang dari sekolah. Kami berangkat ke sebuah supermarket di kawasan Basuki Rahmat Surabaya. Di tengah perjalanan Bu Ninik bertanya padaku ini ulang tahun yang keberapa. Aku menjawab, tujuh belas. Beliau kaget. Biasanya siswa kelas 3 SMA sudah berumur delapan belas tahun. Lalu kami membahas tentang masakan apa yang nanti akan kami buat. Pilihannya jatuh pada sukiyaki, masakan khas Jepang bercitarasa manis.
Aku dan kedua temanku membantu Bu Ninik memilih bahan apa saja yang akan dibeli. Kami bertiga saling berpandangan saat melihat daftar harga yang dipajang di tiap rak. Maklum, kami bertiga berasal dari kalangan biasa yang juga terbiasa berbelanja di pasar tradisional. Yah, harga berkaitan dengan kualitas, pikirku.
Selesai. Aku melihat total harga di counter kasir lalu memandang wajah kedua temanku. “Kurang,” bisikku cemas.
“Kenapa, mbak Rosa?” tanya Bu Ninik.
“Nggak, Bu,” jawabku sambil meringis menahan rasa cemas. Aku memberikan semua uang yang kumiliki kepada beliau. Itu saja sudah ditambah uang hasil patungan dengan teman-teman, rupanya masih kurang.
Bu Ninik mengambil uang Rp. 200.000,00 dari dalam dompetnya. Beliau berbaik hati membayar kekurangan uang kami. Aku merasa lega sekaligus malu. Aku merasa berhutang pada beliau.
Setelah itu kami langsung melaju menuju rumah Bu Ninik. Rumah beliau lumayan luas dan sejuk. Ada ibu Bu Ninik juga disitu. Kami bertiga bergegas membantu memasak sebelum teman-teman yang lain datang. Setelah sekitar satu setengah jam kami menyibukkan diri di dapur, akhirnya semua selesai. Lega rasanya.
Teman-teman mulai berdatangan. Mereka menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun untukku. Aku malu sekaligus terharu. Baru kali ini setelah aku dewasa ulang tahunku dirayakan bersama teman-teman. Baru kali ini pula aku dan teman-teman mencicipi masakan Jepang. Sukiyaki yang tak terlupakan.
Setelah puas bercengkrama sambil menikmati masakan buatan Bu Ninik yang menurutku sangat manis –karena memang rasa asli sukiyaki adalah manis- kami pun pamit pulang.
Bu Ninik memanggilku. “Mbak Rosa, ini sukiyakinya masih ada. Nanti dibawa pulang ya?” kata beliau ambil memasukkan sukiyaki ke dalam rantang.
Bu Ninik ini baik sekali. Sudah mau direpoti, ikut menambah uang yang kurang, malah sekarang memberikan hasil masakannya untuk kubawa pulang. “Terima kasih banyak, Bu.” Hanya itu yang bisa aku katakan. Betapa luar biasanya guruku satu ini.
Seorang teman mengantarku pulang naik motor. Sepanjang perjalanan aku tersenyum, teringat ekspresi wajah teman-teman tadi. Kalau tidak ada Bu Ninik, mungkin ceritanya akan lain. Tak akan semengesankan ini.
Ibuku senang sekali saat aku memberikan rantang berisi hasil masakan Bu Ninik pada beliau. Baru kali ini keluargaku mencicipi masakan Jepang. “Kok repot-repot gini?” tanya ibuku saat aku menceritakan semua yang terjadi. Beliau pun merasa berhutang pada Bu Ninik.
Keesokan harinya ternyata ibuku mengisi rantang Bu Ninik dengan kue lapis legit. Sebagai balasan atas kebaikan Bu Ninik, kata beliau. Aku dengan senang hati membawa rantang itu ke sekolah dan memberikannya pada beliau.
My sweet seventeen, ulang tahun tak terlupakan sepanjang hidupku, seperti halnya Bu Ninik dan sukiyaki buatan beliau.

Monday, November 14, 2011

Kau Cantik Hari Ini


Aku menoleh mendengar suara seseorang memanggilku. Saat itu kakiku baru saja menginjak anak tangga paling atas.

“Apa?” sahutku enggan. Kulihat Rahmat tersenyum di bawah. 
“Pinjem uang, Don. Buat sarapan.”

Aku menuruni anak tangga perlahan. Temanku satu ini memang terbiasa begini. Kami sudah enam tahun berkawan baik. Dan aku hafal, pasti nanti sore uangku akan dikembalikannya. Sambil berjalan aku menoleh ke arah kiri bawah tangga. Kulihat raut wajah manis Sita sedang menghadap ke kaca mobil. Gadis berjilbab oranye itu spontan menatapku. Aku tersenyum sedangkan dia tampak melirik malu-malu. 

Setelah urusanku dengan Rahmat selesai, aku kembali menaiki tangga menuju ruanganku. Entah mengapa, tiba-tiba aku teringat pada Sita. Gadis itu sudah mencuri hatiku sejak awal kedatangannya di kantor tiga bulan yang lalu. Baru dua minggu ini aku mulai akrab dengannya. Hari ini dia terlihat sangat menawan. Tanpa sadar aku mulai bersenandung.

Kau cantik hari ini,
dan aku suka
Kau lain sekali,
dan aku suka

Ah, lagu ini. Aku membuka akun facebook dan kutuliskan lirik lagu Lobow ini di statusku. Aku berharap Sita membacanya. Aku tahu dia setiap hari online menggunakan handphone. Sebenarnya aku bukan tipe orang yang suka membagikan perasaanku pada orang lain, tapi kali ini terasa berbeda.

“Cie..ciee.. Ada yang habis ketemu cewek cakep nih?” goda Erin, temanku satu unit.
“Apa sih?” tanyaku pura-pura tidak mengerti.
“Halah.. Itu lho, statusmu, Mas Don. Ah, pake pura-pura lagi..” jawabnya sambil tertawa.

Aku tersenyum mendengar komentar teman-teman seunitku. Biarlah, hanya aku yang tahu. Uhm..sebenarnya aku juga ingin Sita tahu. Kuraih Blackberry-ku. Tumben-tumbenan aku rajin buka facebook. Alasanku cuma satu: ingin tahu reaksi Sita. Kuletakkan lagi Blackberry hitam kesayanganku ini. Kecewa rasanya saat aku baca banyak komentar yang masuk, tapi tak ada satupun komentar dari gadis manis itu.

Aku sedang serius mengerjakan laporan saat tiba-tiba Sita datang dan melewati mejaku. Nampaknya dia ada perlu dengan salah satu teman seruanganku. Aku bersenandung lagi dengan suara agak keras agar dia mendengar. Dan yang aku lihat adalah tawa kecil Sita saat kembali melewatiku. Dia menggodaku, “Wah, tumben nyanyi, Mas Doni? Lagi seneng ya?”

Waktunya pulang. Aku bergegas menuruni tangga menuju ke arah parkiran. Sayup-sayup kudengar dua suara yang sangat kukenal.
“Mas Rahmat, tuh temenmu dari tadi nyanyi lagunya Lobow mulu. Ini tadi aku habis ketemu dia.”
“Masa sih, dek? Ooo..mungkin lagunya itu buat kamu.”
Aku tersenyum. Ternyata dia membaca statusku tadi pagi. Ah Sita, semoga kau mengerti.


*A very short...short story :D
Inspired by "the one". Matur tengkyu buat sahabatku Sita yang ngijinin namanya aku catut. Hehee.. Good luck with your next love story, sist :)

Monday, November 7, 2011

Komunitas Bikers 46 Kediri (Traveling is a Pleasure)

Dimulai saat teman-teman kantor main ke rumah Pak Oni BQA di Bojonegoro, sejak saat itulah aku memulai petualanganku sebagai "anggota tidak resmi" Bikers 46 Kediri. And you know? It's soooo fun! ^^

Awalnya, waktu ke Bojonegoro naik mobil salah satu temen yang ngajak anaknya yang masih kecil. Aku ikut jagain si Luna yang imut itu. Berpetualang selama hampir seharian di sana, muter-muter di hawa yang panas menyengat rupanya malah menjadi pengalaman asyik bagiku. Ngadem di rumah Pak Oni, lanjut ke BNI Bojonegoro untuk liat pertandingan bulu tangkis antara cabang Kediri dengan Bojonegoro, trus jalan-jalan ke daerah yang aku nggak tau namanya. Letaknya di perbatasan Bojonegoro-Cepu. Kami berhenti untuk berfoto di dekat cerobong-cerobong tinggi yang mengeluarkan api alam. Fiuhh...bisa dibayangkan, betapa panasnya tempat itu.

Subhanallah, meski sepanas itu tapi yang aku liat tumbuh-tumbuhannya masih hijau, seger nggak kepengaruh panasnya api. Mungkin karena udah beradaptasi ya..? Setelah berpanas-panas ria, kami balik ke rumah Pak Oni sebentar, kemudian beliau mengajak kami ke sebuah restaurant di kolam pemancingan. Makan ikan sepuasnya! Hihihi...alhamdulillaah.. :))

Petualangan kedua adalah Pantai Prigi di daerah Trenggalek. Masih setia naik mobil. Hahaha.. Meski judulnya Touring with Bikers, aku dan temen-temen cewek selalu dapat kendaraan istimewa. Yup, kami naik VW. Waktu temen-temen berhenti sebentar untuk menunggu anggota rombongan yang masih tertinggal, aku yang sebenernya pengen banget naik motor sejak berangkat dari kantor, nggak menyia-nyiakan kesempatan itu. Turun dari mobil trus numpang ke salah satu motor temen. Ternyata menyenangkan rasanya naik motor di jalanan berkelok-kelok. Sesampai di pantai berpasir putih itu, kami langsung menikmati bekal. Yang nggak mungkin terlewatkan adalah naik perahu dan berfoto :D


 Jogja adalah petualangan berikutnya. Berawal dari rayuan maut teman-teman Bikers 46 yang pengen banget touring kesana, akhirnya aku ikut dan menjadi the only beautiful person. Well...agaknya ini yang dinamakan "terpaksa, membawa berkah". Hehehe.. Berangkat dari kantor bersepuluh, dan aku satu-satunya perempuan dalam rombongan. Nggak ada rasa takut sama sekali karena aku yakin teman-temanku pada baik-baik semua :)


Tiga hari kami disana, terhitung sejak berangkat dari Kediri hari Jumat pagi dan pulang dari Jogja hari Minggu pagi. Malioboro, Alun-Alun Jogja, Kaliurang, Tamansari, dan pulangnya lewat Cemoro Sewu (Tawangmangu). Pengen banget mampir ke salah satu ikon Jawa Tengah, yaitu Candi Prambanan/Borobudur, tapi sayang nggak keturutan karena waktu dan cuaca yang nggak memungkinkan :(
 
 Oh ya, waktu di Kaliurang ada yang seru. Waktu hampir sampai di puncak, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Kami berteduh di sebuah warung kopi. Ketua tim kami mengusulkan untuk mengitari area Kaliurang dengan naik kereta kelinci. Hahaha.. Jadi silakan dibayangkan, para pria berbadan besar dan satu gadis imut naik kereta kelinci :D

Yang ga kalah seru adalah pada saat pulang. Kami melewati jalanan Cemoro Sewu. Aku nggak membayangkan bakal berada dalam kabut tebel di puncak gunung. Brrr...dingin banget!

Next trip 2 months later: Air Terjun Dolo yang terletak di daerah Besuki, Kabupaten Kediri. Kali ini Bikers 46 Kediri gabung dengan 46BC Chapter Unair Surabaya. Pemandangan yang subhanallah indahnya disertai dinginnya hawa pegunungan. Sesampainya di sana, aku dan teman-teman langsung turun menuju air terjun. Saranku, sebelum turun, silakan melakukan pemanasan dulu. Masya Allah...tangganya serasa nggak habis-habis. Lututku rasanya gemetaran banget pas nyampe di bawah. Air terjunnya waktu itu kurang begitu bagus karena masih musim kemarau, jadi airnya nggak seberapa banyak. Habis makan mie instant plus minum susu hangat, tentunya setelah berfoto-foto ria, kami balik ke atas. Oh God...rasanya pengen ngesot aja, kaki ini nggak kuat lagi untuk naik. Jalan 9-10 langkah, berhentinya 5 menit. Kapan nyampenyaaa?? Sesampainya di atas, kepalaku mendadak pusing. Sepertinya tekanan darahku turun.


Nggak kapok dengan pengalaman di Dolo, waktu Bikers 46 ngadain touring ke Blitar, aku pun tetap menjadi pengikut setia. Jalan-jalan kali ini kami mulai ke Candi Penataran. Ketua tim hanya memberikan waktu selama 45 menit untuk berfoto dan berjalan-jalan menikmati peninggalan sejarah jaman kerajaan Kadiri. Setelah itu kami langsung menuju ke Pantai Tambakrejo yang terletak di pesisir selatan Blitar. Waktu itu ombaknya agak besar, jadi nggak ada yang berani berenang. Berjam-jam kami di sana. Memandang deburan ombak yang memukul bebatuan dan perlahan merayap membasahi pasir berwarna putih kecoklatan, menikmati santap siang berupa ikan bakar yang yummy, serta berbelanja ikan segar untuk dibawa pulang.

Seusai sholat dhuhur, kami lanjutkan perjalanan ke Goa Embultuk. Baru kali ini aku mendengar namanya. Goa yang unik. Untuk masuk ke dalam goa, para pengunjung harus rela berbasah-basah. How come? Masuknya aja lewat sungai kecil. Aku nggak ikut soalnya nggak bawa pakaian ganti. Setelah satu jam aku menunggu teman-teman dan barang-barang mereka di atas, akhirnya mereka muncul. Luar biasa, kluncum kabeh! Hahahaha.. Untung aku nggak ikut. Mereka bilang, stalaktitnya nggak begitu keliatan karena waktu itu airnya sedang pasang.



Hmm...baru lima kota yang aku jelajahi, sejak gabung di BNI Kediri. Rencananya teman-teman mau touring ke Bromo ato ke Pacitan.  
Ok guys, ready to go?? ^_^