Saturday, October 27, 2018

Biaya IVF 1

Total pengeluaran selama program bayi tabung 1 di Zübeyde Hanım Hastanesi Ankara:
 
* 2 kotak Enox 0,4 mg (@ 10 buah) : 94 TL
* 3 kotak Gonal F injection pen 900 IU + 5 kotak Cetrotide 250 mcg : 764 TL
* 1 kotak Crinone 8% 90 mg (isi 15) + 1 kotak Prednol 16 mg + 2 kotak Progestan 50 mg (@ 5 ampul) + 1 kotak Ovitrelle 250 mcg : 52 TL
* 1 kotak Crinone gel : 25 TL
* Biaya RS : 409 TL
 
Total : 1344 TL (kurs 1 TL = Rp. 2.716) sekitar Rp. 3.650.304,00
 
Murah banget? Iya, memang. Karena kami pergi ke RS pemerintah yang biayanya ditanggung asuransi. Obat-obatan yang kami beli di apotek juga ditanggung asuransi.


IVF 1

- Hari ke 2 siklus menstruasi (24 September 2018)
Berangkat ke poli 26 (Tüp Bebek/Bayi Tabung), di-USG dokter Runa jam 11.20-an. Jam setengah 2 siang diminta untuk ke lantai 2 gedung sebelah (Tüp Bebek Merkezi) ketemu dengan dokter-dokter yang lain.
 
- Hari ke 3 (25 September 2018)
Datang ke Tüp Bebek Merkezi jam setengan 3 siang. Dikasih resep obat yang harus dibeli hari itu juga di apotek, ada 3 kotak Gonal F dan 5 kotak Cetrotide. Semuanya obat suntik. Sebelum pulang dari RS, dikasih tahu cara nyuntiknya lebih dulu karena selanjutnya aku harus nyuntik sendiri.
 
- Hari ke 4 (26 September 2018)
Karena promil kali ini aku sama suami merahasiakan dari keluarga, makanya Gonal F yang memang harus disimpan di kulkas, aku titipkan di kulkas rumah teman. Suntik Gonal F tiap hari jam 4 sore, sedangkan Cetrotide-nya belum mulai dipakai. Karena pertama kali nyuntik sendiri, malah salah dosis. Nyuntik 2x dengan dosis @150 ml karena suntikan pertama kok aku rasa belum berhasil. Ah.. dodol! Panik, kemudian telpon suami. Suami nelepon RS dan dijawab oleh petugas kalau dokternya sudah pada pulang, jadi suami bakal telepon RS besok pagi.
 
- Hari ke 5 (27 September 2018)
Suami ngabari kalau Gonal F nya tetap disuntikkan hari itu dengan dosis yang sama, 150 ml. Nggak boleh salah lagi. Syukurlah aku sudah mulai pinter :)
 
- Hari ke 6 (28 September 2018)
Pergi ke RS jam 08.30 langsung ke Tüp Bebek Merkezi. Ngantri untuk tes darah dan USG transvaginal. Tebal endometrium sekitar 7 mm. Di ovarium kiri ada 8 folikel, di kanan ada sekitar 5-6 folikel yang agak lebih besar daripada yang kiri. Minimal besarnya 8 mm.
 
- Hari ke 7 (29 September 2018)
Mulai suntik Cetrotide di lengan bawah. Suntiknya tiap hari jam 11 siang. Suntik Gonal F jam 4 sore. Semua nyuntik sendiri.
 
- Hari ke 8 (30 September 2018)
Sama seperti hari ke 7.
 
- Hari ke 9 (1 Oktober 2018)
Hanya pakai Cetrotide, Gonal F sudah distop.
 
- Hari ke 10 (2 Oktober 2018)
Pergi kontrol ke RS. USG endometrium sudah 11 mm, folikelnya sudah ada yang besarnya 20 mm. Dirasa sudah cukup oleh dokter, jadinya jam 22.45 suntik Ovitrelle yang berisi hormon HCG untuk memecahkan folıkel.
 
- Hari ke 11 (3 Oktober 2018)
Ke RS bareng suami untuk melengkapi dokumen dan tanda tangan persetujuan untuk OPU (Ovum Pick Up alias panen telur) besok pagi.
 
- Hari ke 12 (4 Oktober 2018)
Pergi ke RS jam 8 pagi. Tes hormon terus sekitar jam 10-an suami dipanggil untuk ambil sperma. 5 menit kemudian aku dipanggil ke ruang ganti. Aku lepas semua pakaian lalu pakai pakaian khusus. Nunggu sekitar 10 menitan lalu namaku dipanggil. Aku masuk ke ruang operasi. Di dalam terlihat banyak dokter, para asisten dokter dan perawat. Aku diminta tidur terlentang, pakaian khusus yang aku pakai hanya menutupi dada dan perut. Berasa seperti ikan asin. Huhu.. Pasrah sudah mau diapakan. Dibius di lengan kiri, berasa pusing sebelum benar-benar hilang kesadaran. Bangun-bangun aku sudah di dalam ruang pengawasan. Di situ mulai pakai Crinone vaginal gel.
Setelah kuat untuk jalan, aku ganti baju terus duduk di ruang tunggu bareng suami. Setelahnya perawat datang untuk menerangkan obat-obatan apa saja yang harus aku pakai. Diberi tahu kalau tadi ada 16 sel telur yang diambil. MasyaAllah banyaknyaa.. aku kira cuma ada 6 atau 7 saja.
Hari itu juga aku ikut suami berangkat tugas ke Samsun yang jauhnya 4-5 jam perjalanan dari Ankara. Aku maksa ikut karena merasa nggak nyaman tinggal di rumah dengan mertua. Sorenya perut bawah terasa kembung banget, sakit kalau mau duduk dan berdiri. Rasanya cuma pengen tiduran. Setelah makan malam aku minum Prednol dan sebelum tidur pakai Crinone gel.
 
- Hari ke 13 (5 Oktober 2018)
Bangun pagi langsung pakai Crinone, setelah sarapan minum Folbiol (asam folat). Jam setengah 11 siang suami telepon RS, dikabari kalau dari 16 sel telur yang diambil kemarin, ada 12 yang bagus kualitasnya dan yang berhasil dikawinkan dengan sperma suami ada 8. Alhamdulillah. Nanti pihak RS yang akan menghubungi kami kalau sudah ready untuk transfer embrio (ET). Sorenya aku suntik Enox (enoxaparin sodium) di perut untuk mencegah pembekuan darah. Rasanya nyeri banget, tapi untung cuma 5 menitan. Setelah makan malam sebelum tidur aku minum Prednol yang rasanya suwer pahiiitt banget. Terus pakai Crinone gel.
 
- Hari ke 14 (6 Oktober 2018)
Bangun tidur langsung pakai Crinone. Siangnya dikabari suami kalau tadi pihak RS nelepon, minta aku untuk datang besok pagi untuk ET. Hanya ada 1 embrio sehat yang pembelahannya bagus. Jujur kami agak kecewa soalnya udah berharap at least ada 2 embrio yang berkembang. Kami pengen punya bayi kembar. Tapi ya sudahlah. Aku bilang ke suami untuk nggak terlalu berharap, kami jalani saja seperti biasanya. Ada sedikit kekhawatiranku, apa si embrio bisa tetap sehat sampai besok? Yaa Allah.. semua adalah rencana-Mu.
 
- Hari ke 15 (7 Oktober 2018)
Sampai di RS jam 08.15 terus langsung disuruh minum sebanyak-banyaknya sampai kandung kemih penuh sementara kami (hari itu ada 3 orang termasuk aku yang antri untuk ET). Setelah dokter datang, kami diminta ganti pakaian seperti waktu OPU tapi nggak perlu lepas bra dan kaos dalam. Di-USG perut dan diminta nunggu giliran. Sumpeh, penyiksaan banget. Sementara satu-per satu dipanggil ke ruang operasi, aku sudah kebelet pipis banget banget sampai pengen nangis rasanya. Dan proses ET pun menurutkun lumayan menyakitkan. Sudah disuruh nahan pipis, pas alat-alatnya dimasukkan pun terasa nyeriii..
Alhamdulillah sukses masuk embrio Grade 2. Semoga kamu mau menempel ya, Nak.
Dipindah ke ruang rawat inap, nginap semalam. Obat yang dipakai hari ini ada tambahan yaitu Progestan 2 ampul yang disuntikkan di pantat, dan ini jauh lebih menyakitkan daripada suntikan Enox. Kenapa? Kata dokter karena bahan dasarnya dari minyak jadi bikin nyeri dan nyerinya tahan lama. Hiks.. Beneran bikin susah duduk, berdiri, jalan, bahkan tidur pun sakit banget. Karena Progestan ini berisi hormon progesteron sama seperti Crinone, jadinya pagi suntik Progestan dan Crinone dipakai waktu malam saja. Tetap pakai suntikan Enox.
 
- Hari ke 16 (8 Oktober 2018)
Hari ini dikabari kalau sudah boleh pulang. Nunggu suami datang ke RS untuk melunasi pembayaran. Biayanya 409 TL. Diminta datang tanggal 17 untuk tes kehamilan.
 
- Hari ke 17 (9 Oktober 2018)
Nggak bisa tidur! Gara-gara suntikan Progestan di kanan kiri, jadinya nggak enak banget. Mau duduk, tidur, berdiri, jalan juga susah. Hufffhh...sabar..sabar..
Tapi karena nggak bisa ngapa-ngapain itu jadinya aku ganti Progestan sementara dengan Crinone pagi-sore. Perut berasa mual banget. Entah ini efek dari obat yang mana. Dan yang pasti aku jadi sensi, gampang nangis.
 
- Hari ke 18 (10 Oktober 2018)
Masih belum sanggup suntik Progestan, tapi agak lumayan habis dipijitin suami. Pagi-pagi mual muntah. hari ini masih tetap pakai Crinone pagi-sore dan Enox sore habis makan. kaki jadi gampang kram, nggak tau kenapa. Rasanya juga capek banget setelah aktifitas siang (kursus bahasa Turki sama main ke rumah teman).
 
- Hari ke 19 (11 Oktober 2018)
Jam setengah 10 berangkat ke aile hekimi (semacam klinik) untuk minta tolong suntik Progestan dan minta dituliskan resep Crinone yang sudah hampir habis. Nunggu lumayan lama karena banyak pasien antri. Akhirnya setelah selesai, aku pulang untuk masak karnıyarık pesenan baba mertua, terus berangkat ke rumah mbak Mariska dan lanjut kursus Bahasa Turki. Pas pulang masih nggak apa-apa, nggak merasa kedinginan karena udara hari ini agak hangat. Ternyata habis sholat maghrib, aku menggigil. Kayaknya memang beneran aku nggak boleh kecapekan (tadi habis jalan-jalan hampir 2 jam sama teman-teman). Minum Redoxon sama pakai minyak kayu putih terus suntik Enox. Kombi (pemanas ruangan) dinyalakan tapi tetap kedinginan.
 
- Hari ke 20 (12 Oktober 2018)
Agak siangan berangkat suntik di aile hekimi. Perut bawah terasa pegel-pegel, nggak tahu ini perutnya yang sakit atau memang efek suntikannya yang bikin bagian bawah berasa nggak enak. Menjelang tidur, perut bawah berasa antara pengen BAB sama PMS ringan.
 
- Hari ke 21 (13 Oktober 2018)
Hari ini nggak suntik Progestan karena aile hekimi tutup, jadi pakai Crinone pagi-sore. Pas jalan, rasa kramnya agak lebih lumayan daripada kemarin. Terutama perut kiri bawah berasa kayak kram PMS.
 
- Hari ke 22 (14 Oktober 2018)
Pagi-pagi coba test pack, hasilnya negatif :( Nggak ada samarnya sedikit pun. Agak sedih tapi ya sudahlah, coba berpikir positif kalau HCG-nya belum terdeteksi. Pakai Crinone pagi-sore sama minum Folbiol. Siangnya main ke Armada Mall sama suami karena penasaran sama pameran budaya Jepang yang diadakan di sana. Cuma sebentar di sana aku sudah nggak kuat, rasanya lemes dan mual. Akhirnya suami ngajak pulang.
 
- Hari ke 23 (15 Oktober 2018)
 Pagi-pagi sudah pengen mewek aja bawaannya, gak bisa kena senggol sedikit. Ke aile hekimi untuk suntik Progestan, eh ternyata perawatnya ganti. Dia minta resep Progestannya. Nah, mana mungkin aku bawa. Soalnya aku pikir perawatnya sama seperti yang sebelumnya. Gitu aja sudah pengen nangis emosi.
Seharian perut berasa kram kayak mau mens. Sore suntik Enox terus sebelum tidur pakai Crinone gel. Malam berasa kedinginan banget.

- Hari ke 24 (16 Oktober 2018)
Sudah nggak suntik Progestan lagi karena habis, jadi aku pakai Crinone pagi-sore. Pagi setelah sarapan minum Folbiol, sorenya suntik Enox. Kram perutnya makin lumayan sakit, plus aku jadi makin sensian.

- Hari ke 25 (17 Oktober 2018)
Hari ini waktunya tes kehamilan. Pagi ngukur BBT (Body Basal Temperature) masih tinggi, terus pakai Crinone. Berangkat ke RS sama suami. Ambil darah dan hasilnya keluar siang. Pas balik ke RS aku sendirian karena suami harus ngantor. Namaku dipanggil, aku masuk ketemu dokter Oya dan dokter satunya lagi yang aku nggak tahu namanya. Dan ternyataaaa...hasilnya NEGATIF :(
Ya sudahlah, belum rezeki kami untuk saat ini.

- Hari ke 26, 1 hari pasca tes darah (18 Oktober 2018)
Semua obat-obatan hormonal sudah nggak aku pakai. Enox juga diganti dengan aspirin seperti sebelum program.
Tiba-tiba aku teringat masa- masa "perjuangan". Rasa sakit karena suntikan Progestan masih belum hilang sepenuhnya. Yaa Rabb.. belum rezeki memang, tapi haruku memenuhi relung hati. Begini ya rasanya berjuang untuk menjadi seorang ibu...disuntik di mana-mana, mulai dari lengan untuk ambil darah (yang kadang diambil dari punggung tangan juga), suntik di perut, lengan bawah, sampai pantat. Berbekas bekuan darah di perut karena suntikan obat pengencer darah.. Belum lagi sakitnya waktu ET, deg-degannya setelah ET, harapan-harapan dan doa-doa..
Tapi aku percaya, semua akan indah pada waktunya, insyaAllah.


Sunday, August 5, 2018

Langkah Selanjutnya, Tetap Berusaha

Di hari ke dua siklus menstruasi, aku dan suami putuskan untuk ke rumah sakit. Kali ini kami pindah ke Zübeyde Hanım Hastanesi untuk promil kami selanjutnya.
 
Berangkat dari rumah jam 7.50 pagi, kami sampai di RS jam 9. Suami ambil nomor antrian dan aku diam-diam memperhatikan tulisan berjalan di loket 7. Ah, bahasa Turkiku belum bener, nih. Aku panggil suami untuk membaca tulisan tersebut. Dia pun berjalan menuju loket 7, yaitu loket untuk yabancı atau orang asing. Oh yes, kami nggak perlu antri lama. Hehe.. agak curang sih sebenarnya. Selanjutnya kami menuju ke Kadın Doğum 27 khusus untuk infertility.
 
Di situ, suami menjelaskan tentang maksud kedatangan kami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dokter tentang riwayat kesehatanku. Dokter di ruangan 27 ini meminta kami untuk ke ruangan 26, yaitu ruangan konsultasi program bayi tabung. Ah.. bayi tabung ya? Aku memang agak kurang setuju dengan ide ini, tapi jika ini yang terbaik, bismillah, ini ikhtiar kami.
 
Kami disambut oleh dokter Oya Aldemir yang ramah. Suami kembali menjelaskan hal yang sama ke dokter Oya. Beliau memintaku untuk bersiap di ruangan untuk USG transvaginal untuk memeriksa endometrium dan ovarium. Setelahnya beliau kembali memanggil suamiku dan menjelaskan bahwa aku harus ambil darah lalu ke poli Dahiliye dan Anestezi, setelah itu kami diminta menuju ke Tüp Bebek Merkezi di gedung yang berbeda untuk pendaftaran program bayi tabung.
 
Di Tüp Bebek Merkezi, kami mendaftarkan diri. Kami diminta menunggu beberapa saat kemudian muncul dokter Oya yang memberikan beberapa instruksi untukku, salah satunya adalah histeroskopi yang dilakukan pada tanggal 2 Agustus. Seorang perawat memberikanku sebutir tablet Cytotec yang aku sendiri nggak paham kegunaannya. Yang jelas tablet ini harus dikonsumsi (di bawah lidah) sebelum dilakukan proses histeroskopi.
 
Tanggal 2 Agustus jam 8 pagi, aku dan suami kembali ke RS untuk ofis histeroskopi. Hmm.. jujur aku deg-degan karena sudah pernah merasakan HSG yang rasanya enggak banget :(
Sekitar hampir jam 10, perawat memanggil namaku. Aku masuk ke dalam ruangan dan diminta berganti bawahan. Eng ing eng.. dokternya laki-laki. Hiks.. mau gimana lagi? Sebelum proses, sang perawat menyemprot bagian bawahku. Kemudian dokter datang beserta peralatan perangnya. Beliau memasukkan kamera kecil ke dalam rahimku. Awalnya biasa saja, tidak berasa apa-apa. Tapi lama-lama terasa mules agak nyeri. Dokter memintaku untuk melihat ke layar. Beliau menunjukkan bagian dalam rahimku. Yah, tapi aku nggak konsen, habisnya terasa mules-mules nyeri itu lho..
 
Oke, histeroskopi done. Alhamdulillah, dokter bilang rahimku normal. Beliau memintaku untuk datang kembali di hari ke dua siklus menstruasi.
 
Visit ke RS kali ini ada sekitar 6 tube darahku diambil. Hehe.. Lumayan, pulang dari RS kepalaku sakit dan berasa agak mual. Oh ya, setelah histeroskopi aku keluar flek selama beberapa hari.
 
Nampaknya di siklus bulan ini kami belum akan balik ke RS dikarenakan suami lebih memilih untuk menghabiskan liburan Kurban Bayram di kampung halamannya. That's okay. Aku akan tuliskan lagi kelanjutan cerita kami setelah kembali dari RS bulan depan, insyaAllah.