Thursday, March 19, 2015

A Part of My Life Story: part 3 (Finally You)

Dulu yang namanya cinta bagiku sesuatu yang nggak mudah, selalu menguras air mata, sampai-sampai aku pikir cerita akan selalu berulang. Sampai akhirnya Allah mempertemukan aku dengannya lewat seorang teman dan lanjut di sosial media. Sempat kami mengalami masa-masa sulit meskipun ingin kami mewujudkan impian untuk mengarungi hidup bersama.

Melewati masa 2 tahun itulah yang membentuk kami lebih mengenal satu sama lain dengan bentuk hubungan sebagai teman baik setelah cinta kami kandas dalam beberapa bulan saja.

Dan aku percaya Allah memang Maha Baik. Seseorang yang memang diciptakan untukmu akan Dia persatukan dengan cara-Nya yang amazing. 2 tahun setelah kandasnya cinta kami, kali ini Allah benar-benar menyatukan kami dalam ikatan suci pernikahan. Alhamdulillah :)

Unbelievable memang. Aku pun sampai sang pangeran mengucapkan ijab kabul masih belum percaya bahwa akhirnya aku bisa bersamanya sepanjang hayatku, insyaAllah. Padahal sebelum bulan November 2014 aku masih galau dengan keinginan orang tua yang sangat berharap aku menikah di waktu yang bersamaan dengan adik perempuanku awal Februari 2015 :)

Will You Marry Me?
Pangeranku memang nggak benar-benar ada di hadapanku saat dia mengucapkan itu (dalam bahasa Turki: Benimle evlenirmisin?). Tapi keyakinanku serta restu dari orang tua kami (finally..) yang akhirnya membawanya terbang dari Istanbul menuju Jakarta bersama kakak perempuannya untuk mewujudkan niat baiknya menjadikanku sebagai teman hidupnya.


Setelah mengurus surat pengantar dari Kedubes Turki di Jakarta yang hanya membutuhkan ID card (kimlik) serta paspor calon suami, kami terbang ke Surabaya karena keesokan harinya kami harus ke KUA untuk melengkapi persyaratan yang kurang serta melakukan rafak untuk menyocokkan data-data kami berdua.

Akad Nikah yang Mendebarkan
Kami melangsungkan akad nikah tanggal 6 Februari 2015 di KUA Sawahan Surabaya. Yang bikin deg-degan adalah saat ijab kabul karena pangeranku memakai bahasa Indonesia. Bisa dibayangkan perjuangannya menghafalkan dan melafalkan dengan baik. Bahkan sehari sebelum akad nikah dia ke rumah untuk belajar dan sedikit "dikerjain" saudara-saudaraku.

"Saya terima nikahnya Rosana Cahaya Mahardika binti Suroso dengan mas kawin tersebut, tunai."

Alhamdulillah lancar hanya dengan sekali ucap. Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat itu. Luar biasa haru. Pangeranku telah membuktikan cintanya dengan kalimat sakti itu.


Sekarang kami mulai membangun keluarga kecil kami di tempat yang baru bagiku. Turki. Negara yang dulu tak pernah terpikirkan bagiku untuk tinggal di situ kini menjadi tempatku berpijak, hidup dan entah sampai kapan aku berada di sini. Aku berharap Allah akan selalu menjaga kami dan anak keturunan kami. Aamiin.