Monday, September 26, 2016

HSG di Gazi Hastanesi Ankara

Tanggal 7 September 2016 tepat di hari ke 3 menstruasi aku diperiksa bu profesor ahli kandungan. Setelah USG transvaginal dan bertanya tentang siklusku, beliau kasih kertas untuk ambil jadwal tes HSG (Histerosalpingografi) di Kadın Doğum (semacam poli kebidanan atau entahlah namanya jika di Indonesia). Mas petugas di loket pendaftaran waktu itu bilang kalo aku harus beli obat pereda nyeri, antibiotik dan Lipiodol Ultra Fluid (cairan kontras). Antibiotik satu pak isi 14 biji harus sudah dihabiskan sebelum hari H. Nanti pagi sebelum HSG minum obat pereda nyeri dulu. Okelah kalo begitu. Kan aku nurut-nurut aja berhubung aku awam di dunia medis.

Seharusnya tes HSG dilakukan pada siklus menstuasi hari ke 9-14. Sedangkan hari-hari itu jatuh tepat saat libur Idul Adha, jadinya mau nggak mau aku harus ambil jadwal tanggal 19 September.

Tanggal 19 September 2016 jam 10 pagi aku dan suami sudah datang. Oleh mbak petugas kami disuruh balik pukul 13:30. Sudah mulai agak kesal nih. Jam 13:20 suamiku ke loket lagi. Setelah menulis nama, kami diminta antri. Saat namaku dipanggil, kami ke loket lagi daaan...salah satu perawat bertanya apa aku sudah melakukan tes darah BetaHCG karena diharuskan tes dulu sebelum HSG, untuk memastikan aku nggak sedang hamil. Suamiku bilang kalo istrinya ini sudah minum antibiotik selama seminggu, kenapa baru sekarang diminta tes kehamilan? Kalo beneran hamil kan bahaya untuk janin. Marah-marahlah suamiku. Aku ikutan emosi, kenapa nggak dari pagi aku diminta tes darah? Kalo sudah siang kan hasilnya baru bisa dilihat besoknya..

Yaah sudahlah. Mau nggak mau kami harus mengikuti prosedur. Akhirnya tes HSG-ku diganti jadi tanggal 22 September jam 2 siang.

Tanggal 22 September aku dan 3 orang lainnya menunggu di depan ruang Skopi bagian Radiologi. Jujur aku deg-degan banget setelah tau cerita dari temanku maupun dari orang-orang yang sudah pernah menjalani HSG. Namaku dipanggil pada giliran pertama. Aduh! Nggak ada kesempatan buat nanya-nanya nih.

Masuk ke ruang Skopi, aku diminta lepas bawahan pakaian dan pakai semacam kimono tanpa lepas baju atasan. Diminta berbaring dan mulailah aku dieksekusi. Aku mencoba serileks mungkin dengan menyugesti diri kalau nggak akan terasa sakit, serta komat-kamit berdoa. Aku kira yang menangani adalah dokter, ternyata bukan. Yang menangani kami saat itu adalah perawat Kadın Doğum.

Aku diminta rileks supaya alat-alat untuk HSG bisa masuk ke rahimku tanpa hambatan. Oh ya, aku kira sebelum HSG kami akan diminta ke toilet dulu untuk BAK, ternyata nggak. Waktu itu aku takut tiba-tiba pipis atau BAB secara nggak sadar, tapi syukurlah ternyata enggak. Waktu alatnya mulai dimasukkan memang terasa agak nggak nyaman, tapi nggak sakit sama sekali. Aku nggak tau alat apa aja yang dipakai, dan aku memang nggak mau kepo karena malah bikin horor. Setelah dibersihkan, mulailah cairan kontras dimasukkan ke dalam rahim. Awalnya mules mirip seperti ingin BAB, lama-lama rasanya seperti dilep (dysmenorrhea) dan sedikit lebih nyeri. Kalau lagi dilep biasanya aku tiduran melungker untuk menahan nyeri, tapi kali ini nggak bisa. Aku nggak boleh sembarangan gerak-gerak karena di atas posisi perutku ada alat untuk memotret. Syukurlah cuma sebentar, setelahnya mbak perawat bilang sudah oke dan aku sudah boleh ganti baju. Aku keluar ruangan dengan senyum mengembang seakan lupa rasa sakitnya tadi. Ya karena memang nggak begitu terasa nyeri perut juga sesudahnya.

Untung aku sudah memakai pembalut karena sekitar 1 jam kemudian mulai keluar darah. Malamnya aku menggigil dan demam. Entah ini karena efek HSG atau memang karena hawa Turki yang sudah mulai terasa dingin.

Sampai hari ke tiga setelah HSG masih ada sedikit flek. Dan alhamdulillah tanggal 26 September tadi pagi aku balik ke RS untuk cek hasil, semuanya normal. Tinggal menunggu rezeki dari Allah saja untuk kami berdua :)