Wednesday, May 31, 2023

Two Babies!

Hai hai hai! Udah lama banget nggak nulis-nulis di sini. Mamak males banget, beneran deh. Udah keisi waktunya dengan teriakan duo bocil. Hihi..

Iyaa bener, alhamdulillah sudah ada dua anak manis mengisi rumah kami dengan tangis dan tawa mereka. Jadi, hasil bayi tabung 4 tahun yang lalu itu ada dua? Bukan dong, cuma ada satu. Satu lagi bonus dari Allah buat nemenin si sulung. Alhamdulillah..

Jadi anak pertama kami lahir dengan selamat tanpa kurang satu apa pun pada akhir November 2019. Anak laki-laki yang namanya baru fix kami kasih di usianya yang ke 5 hari. Haha.. kebayang nggak sih, emak bapaknya masih bingung mau kasih nama apa buat si bayi, bahkan setelah anaknya lahir ke dunia? Akhirnya kami kasih dia nama Muhammed Mirza, dan nama keluarga Ergül dari keluarga babanya. Muhammed dari nama Muhammad rasulullah, ini nama yang mau aku kasih sejak sebelum hamil. Antara Mehmet ato Muhammed, dan babanya minta dikasih nama Muhammed. Mirza itu nama yang kami sempat pertimbangkan tapi urung karena ada sesuatu hal, tapi pada akhirnya dipakai juga karena diusulkan nama yang sama oleh mbak ipar.

Setelah ulang tahun, di usianya ke 12 bulan menginjak 13 bulan, Mirza dapat kado istimewa yaitu kabar kehamilan emak Mirza. Haha.. ya, alhamdulillah bonus satu lagi, dan yang kali ini kehamilan alami tanpa bantuan teknologi.

Kehamilan kali ini lumayan, karena baru mulai mual-mual di usia kehamilan 9 minggu, nggak seperti hamil pertama yang mana mulai mual sebelum dinyatakan positif hamil. Kami jalani kehamilan ini dengan lebih siap, sudah siap kena baby blues juga. Jaga-jaga aja sih, karena setelah Mirza lahir, aku kena baby blues. Tapi males cerita panjang lebar di sini, males membuka luka lama.

Alhamdulillah putri kami lahir ke dunia tepat di hari kemerdekaan Indonesia. Anak kemerdekaan nih, menggantikan emaknya yang dulu nggak jadi lahir tanggal 17 Agustus 😂

Gadis kecil mungil ini kami beri nama Miray Sarah, dan tentu ditambah nama keluarga babanya, Ergül. Sejak dulu jauh sebelum hamil, aku suka nama Miray, gara-gara ada sinetron Turki yang pelakonnya bernama Miray 😁 Kalau Sarah, itu juga aku yang kasih nama, terinspirasi dari bunda Sarah, istri nabi Ibrahim. Wanita cantik yang sholihah. Semoga gadis kecilku pun kelak tumbuh menjadi wanita yang sholihah. Aamiin.

And here I am, as a mother of two sweet children. Sudah pasti banyak hal baru yang aku alami dan harus banyak lagi yang mesti dipelajari.  Semoga kami Allah mampukan untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kami, menjadi orang tua yang bijaksana yang membersamai mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang bermartabat, insyaAllah.

Saturday, May 11, 2019

IVF 2

Bulan Maret 2019 kami mencoba IVF ke 2 di rumah sakit yang sama. Siapa tau rezeki ya.. Lagi pula masih ada jatah 2 kali yang diberikan oleh asuransi pemerintah.
 
- Hari ke 2 siklus menstruasi (Selasa, 5 Maret 2019)
Datang ke RS jam setengah 9, baru diperiksa dokter Leyla Çakır di poli 26 jam 10. Setelah kami jelaskan kalau September 2018 kami udah pernah coba bayi tabung pertama, terus dokter nanya tentang riwayat kesehatanku, lanjut USG.
Dokter Leyla minta aku ke poli dahiliye (bagian umum). Di situ dokternya nanya ini itu juga, bahkan minta kami periksa ke neurologi. Aduh, males banget. Masalahnya di RS Zübeyde Hanım nggak ada bagian neurologi, jadi kami harus ke RS Gazi dan di sana tuh antriannya luar biasa. Bisa-bisa 2 bulan lagi baru kebagian nomor. Asli, ini pengalaman yang menyebalkan.
Dari dahiliye kami ke bagian untuk tes darah. Hari ini ada 7 tup darahku yg diambil. Dari situ kami lanjut ke ruangan EKG dan lanjut ke ruang rontgen utk cek paru-paru. Okay done.
Jam 2 siang kami ke gedung A ke pusat bayi tabung. Ketemu dokter-dokter yang lain, Prof Serdar bilang kalau suntik Gonal F dan Merional dimulai hari ini. Dikasihlah resep yang harus dibeli hari itu juga (Gonal F, Merional dan Cetrotide). Gonal F yang waktu percobaan pertama dulu dosisnya 150, sekarang jadi 75. Sedangkan Merionalnya 75 juga, tapi suntiknya di pantat. Uhh...harus banget ya suntik di pantat? 😩
Kedua obat harus disuntikkan tiap jam 4 sore. Syukurlah aku masih ada stok 1 kotak Gonal F yang masih utuh dari tahun lalu. Jadinya kami cuma beli Merional 10 biji dan Cetrotide 4 biji).
 
- Hari ke 3 (Rabu, 6 Maret 2019)
Jam 4 sore ke aile hekimi (semacam klinik) untuk suntik Merional. Pulangnya (dekat, cuma 5 menit dari rumah) baru suntik sendiri Gonal F nya.
 
- Hari ke 4 (Kamis, 7 Maret 2019)
Sama seperti hari sebelumnya.
 
- Hari ke 5 (Jumat, 8 Maret 2019)
USG jam 10 di Tüp Bebek Merkezi. Endometrium 7 mm, folikel kanan ada 5, kiri ada 7, folikel paling besar 7 mm. Lucky number 7. Hehe..
Keluar dari situ, aku dan suami ke poli dahiliye untuk ngasih hasil EKG 3 hari yang lalu. Sekalian minta tanda tangan dari dokter di dahiliye, anestezi dan üroloji. Selesai semua, kami ke klinik akupunktur yang berada di RS yang sama. Aku bilang ke suami pengin memperbaiki kualitas sel telur, karena kata orang-orang efek akupunktur bagus untuk kesuburan. Bayarnya 50 TL (sekitar Rp 125.000) per pertemuan. hari itu ada 14 jarum yang ditusukkan (4 di perut, masing-masing 2 di lutut, dan masing-masing 3 di kaki). Dokter yang di situ bilang, bakal ada 2 pertemuan lagi. Semoga membawa hasil yang baik. Aamiin.
Btw, gimana rasanya akupunktur? Sakit? Enggak. Hehe.. Seperti ketusuk jarum biasa aja sih, sakit waktu awal ditusukkan aja.
Dari RS aku pergi ke Sincan ketemuan dengan seorang kawan. Dia mau ambil setrifikat kursus bahasa Turki A2. Tempatnya kebetulan dekat dengan RS Fatih. Jadilah kami ke sana sambil nunggu jamnya suntik Merional.
 
- Hari ke 6 (Sabtu, 9 Maret 2019)
Ke RS Fatih untuk suntik karena aile hekimi tutup hari Sabtu-Minggu.
 
- Hari ke 7 (Minggu, 10 Maret 2019)
Rencana belanja di Ulus batal gara-gara aku dan suami kesiangan keluar dari rumah. Jadinya kami ke Metro yang nggak terlalu jauh dari RS Fatih karena jam 4 harus suntik.
 
- Hari ke 8 (Senin, 11 Maret 2019)
Ke RS lagi untuk USG. Sayangnya suara dokter nggak terlalu terdengar, cuma yang aku tangkap sih folikel yang paling besar 10 mm di kiri. Setelahnya aku ke poli anestezi untuk minta keterangan dari dokter kalau kondisiku memenuhi syarat untuk operasi nanti. Dari situ lanjut ke bagian akupunktur. Kali ini ada tambahan 1 buah jarum di kening (antara alis kanan dan kiri).
Jam setengah 2 balik ke Tüp Bebek Merkezi. Ternyata sama Prof Serdar diminta balik untuk USG 2 hari lagi.
 
- Hari ke 9 (Selasa, 12 Maret 2019)
Suntik Merional di aile hekimi dan Gonal F di rumah.
 
- Hari ke 10 (Rabu, 13 Maret 2019)
USG jam setengah 10. Endometrium 7,3 mm. Folikel paling besar 14 mm di kiri. Hari ini mulai suntik Cetrotide di lengan bawah jam 11 siang. Jam 4 sore tetap suntik Merional dan Gonal F.
 
- Hari ke 11 (Kamis, 14 Maret 2019)
Ke RS lagi hari ini. Hasil USG, endometrium sekitar 8 mm dan folikel paling besar 16,3 mm. Obat yang dipakai sama seperti hari sebelumnya, dan dokter minta aku balik lagi besoknya.
 
- Hari ke 12 (Jumat, 15 Maret 2019)
USG jam 9 pagi. Endometrium 9,3 mm, folikel paling besar 17,4 mm. Kata dokter folikel di kanan nggak berkembang, ukurannya sekitar 8 mm semua. Sedih, tapi yah inilah jalannya. Semoga 4 sel telur yang di kiri kualitasnya bagus semua. Aamiin.
Prof Serdar bilang kalau Senin depan OPU (Ovum Pick Up). Hari ini obatnya sama seperti kemarin. Karena Merionalku habis, aku minta dituliskan resep dokter. Eh, ternyata perawat ngasih aku 1 kotak Merional gratis. Alhamdulillah nggak usah beli lagi.
 
- Hari ke 13 (Sabtu, 16 Maret 2019)
Hari ini nggak perlu ke klinik atau pun RS untuk suntik karena Gonal F dan Merionalnya sudah nggak dipakai. Jam 11 siang suntik Cetrotide sendiri di rumah. Jam 22.30 suntik Ovitrelle untuk memecahkan folikel.
 
- Hari ke 14 (Minggu, 17 Maret 2019)
Sudah nggak pakai obat apa pun. Syukurlah 😊
Mulai jam 12 malam puasa makan dan minum karena besok pagi OPU.
 
- Hari ke 15 (Senin, 18 Maret 2019)
Datang ke RS jam setengah 9, langsung ke Tüp Bebek Merkezi. Diminta untuk tes darah dan urine. Jam 9 dipanggil untuk ganti baju, dan sekitar setengah jam kemudian dipanggil masuk ke ruang operasi.
Coblos sana sini, huhuu.. kata dokter karena nggak nemu pembuluh darahnya. Terlalu tipis gitu kata mereka. Setelah berhasil nemu yang pas, nggak lama kemudian cairan biusnya mulai bekerja. Aku udah nggak sadarkan diri sampai operasi selesai dan dipindah ke ruang pemulihan. Mungkin sekitar setengah jam kemudian dokter datang untuk melepas tampon. Lho, ternyata kali ini mereka pakaikan aku tampon karena takut terjadi pendarahan. Setelah itu aku pakai Crinone vaginal jel.
Aku sempat tanya ke perawat, ada berapa telur yang diambil? Dia bilang 2. Aw...sediih. Cuma 2 ya? 😢 Padahal yang sebelumnya ada 16 telur (meskipun pada akhirnya nggak hamil juga sih..). Tapi ya sudahlah, aku berharap 2 telur itu sehat semua dan berhasil jadi embrio yang sehat pula. Aamiin.
Pulang dari RS aku minum Folbiol (asam folat). Sorenya minum Prednol si obat super pahit, dan sebelum tidur pakai Crinone.
 
- Hari ke 16 (Selasa, 19 Maret 2019)
Pagi pakai Crinone. Setelah sarapan minum Coraspin pengencer darah. Mungkin sejenis baby aspirin gitu deh obatnya.
Jam 10 pagi suami ngabari hasil telpon ke embriolog, katanya dari 2 sel telur yang berhasil jadi embrio ada 1. Ada perasaan lega sekaligus cemas. Semoga yang 1 itu adalah pejuang, berjodoh menjadi anak kami, dikasih kesehatan dan kelancaran sama Allah. Aamiin.
Gara-gara siang nggak istirahat sama sekali karena bikin serundeng daging dan bikin tahu (bener-bener bikin dari ngeblender kedelai sampe jadi tahu) plus tempe gembus, jadinya sore perutku kram.
Malam sebelum tidur suntik Enox pengencer darah dan pakai Crinone.
 
- Hari ke 17 (Rabu, 20 Maret 2019)
Habis sarapan minum Folbiol lanjut baring-baring di kasur setelah pakai Crinone. Siang menjelang sore suami nelepon, katanya tadi embriolog kasih tau kalau besok disuruh ke RS untuk transfer embrio.
 
- Hari ke 18 (Kamis, 21 Maret 2019)
Jam setengah 9 sampai di RS, diminta nunggu sampai kandung kemih penuh. Hari ini ada 3 orang lainnya yang bareng sama aku untuk transfer embrio. Mungkin sekitar jam 10 kami berempat diminta maşuk ke ruang ganti terus di USD abdominal untuk dilihat siapa yang kandung keminya sudah penuh. Aku dapat giliran pertama. Tapi karena aku kebelet pipis sangaatt, jadinya kan malah nanti bikin proses transfer nggak bagus. Makanya dokter Runa minta aku untuk ke toilet, dan giliranku berubah jadi nomor 4. Hahaha.. Sebenarnya proses transfer ini bagian paling menyiksa, ini menurutku ya.. 😊
Alhamduillah proses lancar. Embrio kami Grade 1, excellent. Legaaa banget, berasa bahagia dan optimis si kecil kami akan menempel dengan baik di rahimku.
Dari ruang operasi, aku dipindah ke ruang rawat inap di lantai 4. Disuruh tiduran 2 jam baru boleh bangun untuk ganti baju dan ke toilet. Selama 2 jam itu kira-kira aku 3 kali minta tolong perawat ambilkan pispot. Nggak tau kenapa jadi kebelet pipis terus-terusan.
Suntik Progestan di pantat mulai hari itu. Suntiknya tiap jam 11 pagi sih kata dokter. Sore setelah makan malam, minum Progestan dan suntik Enox. Hari ini terakhir minum Prednol. Menjelang tidur pakai Crinone.
 
- Hari ke 19 / 1 hari setelah ET (Jumat, 22 Maret 2019)
Masih di ruang rawat inap. Setelah sarapan minum Folbiol. Nunggu sebentar sampai dokter datang untuk nyuntik Progestan dan bilang kalau kami berempat sudah boleh keluar dari ruang rawat inap. Setelah ganti baju, kami turun ke Tüp bebek Merkezi di lantai 1.
Ternyata nunggu lama banget sampai dokter Leyla datang dan manggil kami masuk ke ruangan rapat. Dikasih tau mana saja obat yang harus dilanjutkan. Aku dikasih tambahan obat Estrofem yang berisi hormon Estradiol, katanya sih bagus untuk membantu penempelan embrio di rahim.
Pulang dari RS langsung ke apotek di Sincan untuk beli obat yang kurang. Sejak keluar dari RS emosiku labil banget, pengin marah-marah aja bawaannya.
 
- Hari ke 20 / 2 hari setelah ET (Sabtu, 23 Maret 2019)
Badan sakit semua, terutama pantat yang habis disuntik Progestan. Aku putuskan untuk pakai Crinone saja untuk pengganti Progestan karena RS yang terdekat pun tetap jauh buatku, harus naik angkot 15 menitan.
 
- Hari ke 21 / 3 hari setelah ET (Minggu, 24 Maret 2019)
Hari ini aku diantar suami suntik di RS Fatih.
 
- Hari ke 22 / 4 hari setelah ET (Senin, 25 Maret 2019)
Setelah sarapan minum Coraspin sama Estrofem. Jam setengah 11 berangkat ke aile hekimi untuk suntik Progestan. Sekitar jam 6 sore perut berasa kram seperti mau mens, padahal jadwal mens masih seminggu lagi.
 
- Hari ke 23 / 5 hari setelah ET (Selasa, 26 Maret 2019)
Setelah sarapan minum Folbiol dan Estrofem. Jam 11 ke aile hekimi. Aku lupa bilang kalau sekali suntik obatnya 2 ampul. Pas sudah disuntik, aku lihat bungkus Progestannya di kursi. Aku pikir karena sudah habis ya nggak aku ambil. Aku keluar ruangan, eh si perawatnya manggil aku, bilang kalau obatku ketinggalan. Aku buka lah obatnya, ternyata masih ada 1 ampul di situ. Huhuu...karena tadi 1 ampul yang disuntikin, jadinya aku minta tolong untuk nyuntikin 1 ampul lagi.
Dari kemaren pengin banget ayam KFC. Sore nelepon suami minta belikan. Ah keseelll.. ternyata resto KFC nya memang beneran nggak ada yang dekat dengan tempat tinggal kami. Padahal kami tinggal di Ankara lho.. memang sih Ankara pinggiran jadi nggak ada layanan pesan antar yang menjangkau 😩 Akhirnya suami beli ayam di A101 dan digoreng sendiri.
Setelah makan malam, kakiku gatal-gatal (3 harian ini gatal terus nggak tau kenapa), dan hari ini lambungku perih banget jadi berasa mual. Karena kuatir, suami nggak kasih izin untuk minum obat maag kami yang biasa. Kami agak kuatir ini efek Estrofem.
Malam nggak bisa tidur karena badan sakit semua sampai aku nangis. Suamiku yang baik mijitin aku sampai akhirnya aku bisa tidur.
 
- Hari ke 24 / 6 hari setelah ET (Rabu, 27 Maret 2019)
Pagi-pagi nyobain tespek, hasinya positif samar banget. Aku penasaran apa ini sisa hormon HCG yang ada di Ovitrelle ya? Aku baca-baca sih normalnya HCG di Ovitrelle bakal hilang dari tubuh sekitar 10-14 hari pasca suntik. Ini kan masih 11 hari setelah suntik, mungkin masih ada sedikit yang tersisa.
Mulut terasa pahit mungkin karena asam lambung yang naik. Setelah sarapan minum Coraspin, jam 11 ke aile hekimi untuk suntik Progestan. Malamnya payudara mulai terasa nyeri lagi padahal setelah OPU sudah nggak terlalu sakit.
 
- Hari ke 25 / 7 hari setelah ET (Kamis, 28 Maret 2019)
Gara-gara Googling malah jadi makin penasaran. Bangun tidur langsung pakai tespek lagi. Ternyata masih sama 2 garis yang 1 samar banget seperti kemaren. Lambung masih berasa mual dan nyeri.
 
- Hari ke 26 / 8 hari setelah ET (Jumat, 29 Maret 2019)
 Nyobain tespek lagi. Hehe.. penasaran. Hasilnya garisnya lebih jelas daripada 2 hari sebelumnya. Is it the time? Gemeteran bangunin suami untuk nunjukin tespeknya, dan reaksi suami datar-datar saja. Wkwkwk.. sepertinya dia lebih percaya sama hasil tes darah daripada tespek yang sudah berkali-kali menipu kami.
Setelah sarapan minum Coraspin. Jam setengah 11 ke aile hekimi untuk suntik. Dari kemaren perut terasa begah banget. Apa iya ini efek makan toge?

- Hari ke 27 / 9 hari setelah ET (Sabtu, 30 Maret 2019)
Minum Folbiol setelah sarapan. Kepala pusing dan cuaca lagi jelek banget. Akhirnya aku nggak pergi ke RS Fatih.

- Hari ke 28 / 10 hari setelah ET (Minggu, 31 Maret 2019)
1 hari sebelum tes darah. Makin penasaran sambi ngabisin stok tespek yang aku bawa dari Surabaya. Hehe.. Hasilnya 2 garis, lebih jelas dari tespek 2 hari yang lalu. InsyaAllah positif hamil 😊
Setelah sarapan minum Coraspin, setelahnya diantar suami sampai dapat angkot untuk ke RS Fatih. Dia nggak bisa ngantar karena ada rapat hari itu.

- Hari ke 29 / 11 hari setelah ET (Senin, 1 April 2019)
Berangkat pagi ke RS Zübeyde Hanım untuk tes darah Beta HCG. Kata perawat, hasilnya nanti jam setengah 2 siang. Aku dan suami putuskan untuk jalan-jalan cari makan di daerah sekitaran RS Gülhane yang nggak terlalu jauh dari RS Zübeyde Hanım. Setelah makan balik lagi ke RS bagian Acil Servis (UGD) untuk suntik Progestan. Kemudian kami nunggu di Blok A lantai dasar. Aku berkali-kali ngecek hasil tes di internet tapi ternyata hari itu sistemnya lagi down. Normalnya sih jam 11an hasil tes sudah bisa dilihat. Ya sudahlah, kami tunggu sampai jam setengah 1. Alhamdulillah sudah bisa. Beta HCG 282,7. MasyaAllah, alhamdulillah. Suami pun ikut terharu :')
Jam setengah 2 dipanggil ke ruang rapat. Dokter Runa bisa baca dari wajahku kalau aku sudah tau hasilnya dari internet. Hehe..
Prof Serdar bilang ini mukjizat. This is from the only one embryo 😊 Beliau bilang kalau Progestannya sudah nggak usah dipakai lagi, sedangkan obat yang lain lanjut. Pas mau keluar ruangan, Prof Serdar minta aku untuk bilang Darısı Başınıza (kata suami itu artinya semacam good luck gitu) di depan para pasien lain yang lagi nunggu. Mana banyak pula yang datang hari itu. Haha.. aku maluu.. Tapi harus bilang gitu untuk memompa semangat pasien lainnya biar optimis, semoga berhasil hamil juga seperti aku :')

- Hari ke 31 / 13 hari setelah ET
Balik ke RS lagi untuk tes beta HGC ke 2. Alhamdulillah hasilnya naik dua kali lipat jadi 656,5.
Sehat-sehat terus ya, anakku sayang 😘



Inilah.. Alhamdulillah setelah melalui 2 kali inseminasi dan 2 kali bayi tabung, akhirnya Allah mengabulkan doa kami. Percayalah, Allah akan mengabulkan doa kita semua di waktu yang terbaik menurut-Nya 😊

Ankara, 11 Mei 2019
9w5d hari ini, alhamdulillah si kecil kami sehat. Baru USG 2 hari yang lalu. Jantung janin sudah terdengar. Semoga sehat-sehat selalu, si kecil kesayangan kami 😊

Saturday, October 27, 2018

Biaya IVF 1

Total pengeluaran selama program bayi tabung 1 di Zübeyde Hanım Hastanesi Ankara:
 
* 2 kotak Enox 0,4 mg (@ 10 buah) : 94 TL
* 3 kotak Gonal F injection pen 900 IU + 5 kotak Cetrotide 250 mcg : 764 TL
* 1 kotak Crinone 8% 90 mg (isi 15) + 1 kotak Prednol 16 mg + 2 kotak Progestan 50 mg (@ 5 ampul) + 1 kotak Ovitrelle 250 mcg : 52 TL
* 1 kotak Crinone gel : 25 TL
* Biaya RS : 409 TL
 
Total : 1344 TL (kurs 1 TL = Rp. 2.716) sekitar Rp. 3.650.304,00
 
Murah banget? Iya, memang. Karena kami pergi ke RS pemerintah yang biayanya ditanggung asuransi. Obat-obatan yang kami beli di apotek juga ditanggung asuransi.


IVF 1

- Hari ke 2 siklus menstruasi (24 September 2018)
Berangkat ke poli 26 (Tüp Bebek/Bayi Tabung), di-USG dokter Runa jam 11.20-an. Jam setengah 2 siang diminta untuk ke lantai 2 gedung sebelah (Tüp Bebek Merkezi) ketemu dengan dokter-dokter yang lain.
 
- Hari ke 3 (25 September 2018)
Datang ke Tüp Bebek Merkezi jam setengan 3 siang. Dikasih resep obat yang harus dibeli hari itu juga di apotek, ada 3 kotak Gonal F dan 5 kotak Cetrotide. Semuanya obat suntik. Sebelum pulang dari RS, dikasih tahu cara nyuntiknya lebih dulu karena selanjutnya aku harus nyuntik sendiri.
 
- Hari ke 4 (26 September 2018)
Karena promil kali ini aku sama suami merahasiakan dari keluarga, makanya Gonal F yang memang harus disimpan di kulkas, aku titipkan di kulkas rumah teman. Suntik Gonal F tiap hari jam 4 sore, sedangkan Cetrotide-nya belum mulai dipakai. Karena pertama kali nyuntik sendiri, malah salah dosis. Nyuntik 2x dengan dosis @150 ml karena suntikan pertama kok aku rasa belum berhasil. Ah.. dodol! Panik, kemudian telpon suami. Suami nelepon RS dan dijawab oleh petugas kalau dokternya sudah pada pulang, jadi suami bakal telepon RS besok pagi.
 
- Hari ke 5 (27 September 2018)
Suami ngabari kalau Gonal F nya tetap disuntikkan hari itu dengan dosis yang sama, 150 ml. Nggak boleh salah lagi. Syukurlah aku sudah mulai pinter :)
 
- Hari ke 6 (28 September 2018)
Pergi ke RS jam 08.30 langsung ke Tüp Bebek Merkezi. Ngantri untuk tes darah dan USG transvaginal. Tebal endometrium sekitar 7 mm. Di ovarium kiri ada 8 folikel, di kanan ada sekitar 5-6 folikel yang agak lebih besar daripada yang kiri. Minimal besarnya 8 mm.
 
- Hari ke 7 (29 September 2018)
Mulai suntik Cetrotide di lengan bawah. Suntiknya tiap hari jam 11 siang. Suntik Gonal F jam 4 sore. Semua nyuntik sendiri.
 
- Hari ke 8 (30 September 2018)
Sama seperti hari ke 7.
 
- Hari ke 9 (1 Oktober 2018)
Hanya pakai Cetrotide, Gonal F sudah distop.
 
- Hari ke 10 (2 Oktober 2018)
Pergi kontrol ke RS. USG endometrium sudah 11 mm, folikelnya sudah ada yang besarnya 20 mm. Dirasa sudah cukup oleh dokter, jadinya jam 22.45 suntik Ovitrelle yang berisi hormon HCG untuk memecahkan folıkel.
 
- Hari ke 11 (3 Oktober 2018)
Ke RS bareng suami untuk melengkapi dokumen dan tanda tangan persetujuan untuk OPU (Ovum Pick Up alias panen telur) besok pagi.
 
- Hari ke 12 (4 Oktober 2018)
Pergi ke RS jam 8 pagi. Tes hormon terus sekitar jam 10-an suami dipanggil untuk ambil sperma. 5 menit kemudian aku dipanggil ke ruang ganti. Aku lepas semua pakaian lalu pakai pakaian khusus. Nunggu sekitar 10 menitan lalu namaku dipanggil. Aku masuk ke ruang operasi. Di dalam terlihat banyak dokter, para asisten dokter dan perawat. Aku diminta tidur terlentang, pakaian khusus yang aku pakai hanya menutupi dada dan perut. Berasa seperti ikan asin. Huhu.. Pasrah sudah mau diapakan. Dibius di lengan kiri, berasa pusing sebelum benar-benar hilang kesadaran. Bangun-bangun aku sudah di dalam ruang pengawasan. Di situ mulai pakai Crinone vaginal gel.
Setelah kuat untuk jalan, aku ganti baju terus duduk di ruang tunggu bareng suami. Setelahnya perawat datang untuk menerangkan obat-obatan apa saja yang harus aku pakai. Diberi tahu kalau tadi ada 16 sel telur yang diambil. MasyaAllah banyaknyaa.. aku kira cuma ada 6 atau 7 saja.
Hari itu juga aku ikut suami berangkat tugas ke Samsun yang jauhnya 4-5 jam perjalanan dari Ankara. Aku maksa ikut karena merasa nggak nyaman tinggal di rumah dengan mertua. Sorenya perut bawah terasa kembung banget, sakit kalau mau duduk dan berdiri. Rasanya cuma pengen tiduran. Setelah makan malam aku minum Prednol dan sebelum tidur pakai Crinone gel.
 
- Hari ke 13 (5 Oktober 2018)
Bangun pagi langsung pakai Crinone, setelah sarapan minum Folbiol (asam folat). Jam setengah 11 siang suami telepon RS, dikabari kalau dari 16 sel telur yang diambil kemarin, ada 12 yang bagus kualitasnya dan yang berhasil dikawinkan dengan sperma suami ada 8. Alhamdulillah. Nanti pihak RS yang akan menghubungi kami kalau sudah ready untuk transfer embrio (ET). Sorenya aku suntik Enox (enoxaparin sodium) di perut untuk mencegah pembekuan darah. Rasanya nyeri banget, tapi untung cuma 5 menitan. Setelah makan malam sebelum tidur aku minum Prednol yang rasanya suwer pahiiitt banget. Terus pakai Crinone gel.
 
- Hari ke 14 (6 Oktober 2018)
Bangun tidur langsung pakai Crinone. Siangnya dikabari suami kalau tadi pihak RS nelepon, minta aku untuk datang besok pagi untuk ET. Hanya ada 1 embrio sehat yang pembelahannya bagus. Jujur kami agak kecewa soalnya udah berharap at least ada 2 embrio yang berkembang. Kami pengen punya bayi kembar. Tapi ya sudahlah. Aku bilang ke suami untuk nggak terlalu berharap, kami jalani saja seperti biasanya. Ada sedikit kekhawatiranku, apa si embrio bisa tetap sehat sampai besok? Yaa Allah.. semua adalah rencana-Mu.
 
- Hari ke 15 (7 Oktober 2018)
Sampai di RS jam 08.15 terus langsung disuruh minum sebanyak-banyaknya sampai kandung kemih penuh sementara kami (hari itu ada 3 orang termasuk aku yang antri untuk ET). Setelah dokter datang, kami diminta ganti pakaian seperti waktu OPU tapi nggak perlu lepas bra dan kaos dalam. Di-USG perut dan diminta nunggu giliran. Sumpeh, penyiksaan banget. Sementara satu-per satu dipanggil ke ruang operasi, aku sudah kebelet pipis banget banget sampai pengen nangis rasanya. Dan proses ET pun menurutkun lumayan menyakitkan. Sudah disuruh nahan pipis, pas alat-alatnya dimasukkan pun terasa nyeriii..
Alhamdulillah sukses masuk embrio Grade 2. Semoga kamu mau menempel ya, Nak.
Dipindah ke ruang rawat inap, nginap semalam. Obat yang dipakai hari ini ada tambahan yaitu Progestan 2 ampul yang disuntikkan di pantat, dan ini jauh lebih menyakitkan daripada suntikan Enox. Kenapa? Kata dokter karena bahan dasarnya dari minyak jadi bikin nyeri dan nyerinya tahan lama. Hiks.. Beneran bikin susah duduk, berdiri, jalan, bahkan tidur pun sakit banget. Karena Progestan ini berisi hormon progesteron sama seperti Crinone, jadinya pagi suntik Progestan dan Crinone dipakai waktu malam saja. Tetap pakai suntikan Enox.
 
- Hari ke 16 (8 Oktober 2018)
Hari ini dikabari kalau sudah boleh pulang. Nunggu suami datang ke RS untuk melunasi pembayaran. Biayanya 409 TL. Diminta datang tanggal 17 untuk tes kehamilan.
 
- Hari ke 17 (9 Oktober 2018)
Nggak bisa tidur! Gara-gara suntikan Progestan di kanan kiri, jadinya nggak enak banget. Mau duduk, tidur, berdiri, jalan juga susah. Hufffhh...sabar..sabar..
Tapi karena nggak bisa ngapa-ngapain itu jadinya aku ganti Progestan sementara dengan Crinone pagi-sore. Perut berasa mual banget. Entah ini efek dari obat yang mana. Dan yang pasti aku jadi sensi, gampang nangis.
 
- Hari ke 18 (10 Oktober 2018)
Masih belum sanggup suntik Progestan, tapi agak lumayan habis dipijitin suami. Pagi-pagi mual muntah. hari ini masih tetap pakai Crinone pagi-sore dan Enox sore habis makan. kaki jadi gampang kram, nggak tau kenapa. Rasanya juga capek banget setelah aktifitas siang (kursus bahasa Turki sama main ke rumah teman).
 
- Hari ke 19 (11 Oktober 2018)
Jam setengah 10 berangkat ke aile hekimi (semacam klinik) untuk minta tolong suntik Progestan dan minta dituliskan resep Crinone yang sudah hampir habis. Nunggu lumayan lama karena banyak pasien antri. Akhirnya setelah selesai, aku pulang untuk masak karnıyarık pesenan baba mertua, terus berangkat ke rumah mbak Mariska dan lanjut kursus Bahasa Turki. Pas pulang masih nggak apa-apa, nggak merasa kedinginan karena udara hari ini agak hangat. Ternyata habis sholat maghrib, aku menggigil. Kayaknya memang beneran aku nggak boleh kecapekan (tadi habis jalan-jalan hampir 2 jam sama teman-teman). Minum Redoxon sama pakai minyak kayu putih terus suntik Enox. Kombi (pemanas ruangan) dinyalakan tapi tetap kedinginan.
 
- Hari ke 20 (12 Oktober 2018)
Agak siangan berangkat suntik di aile hekimi. Perut bawah terasa pegel-pegel, nggak tahu ini perutnya yang sakit atau memang efek suntikannya yang bikin bagian bawah berasa nggak enak. Menjelang tidur, perut bawah berasa antara pengen BAB sama PMS ringan.
 
- Hari ke 21 (13 Oktober 2018)
Hari ini nggak suntik Progestan karena aile hekimi tutup, jadi pakai Crinone pagi-sore. Pas jalan, rasa kramnya agak lebih lumayan daripada kemarin. Terutama perut kiri bawah berasa kayak kram PMS.
 
- Hari ke 22 (14 Oktober 2018)
Pagi-pagi coba test pack, hasilnya negatif :( Nggak ada samarnya sedikit pun. Agak sedih tapi ya sudahlah, coba berpikir positif kalau HCG-nya belum terdeteksi. Pakai Crinone pagi-sore sama minum Folbiol. Siangnya main ke Armada Mall sama suami karena penasaran sama pameran budaya Jepang yang diadakan di sana. Cuma sebentar di sana aku sudah nggak kuat, rasanya lemes dan mual. Akhirnya suami ngajak pulang.
 
- Hari ke 23 (15 Oktober 2018)
 Pagi-pagi sudah pengen mewek aja bawaannya, gak bisa kena senggol sedikit. Ke aile hekimi untuk suntik Progestan, eh ternyata perawatnya ganti. Dia minta resep Progestannya. Nah, mana mungkin aku bawa. Soalnya aku pikir perawatnya sama seperti yang sebelumnya. Gitu aja sudah pengen nangis emosi.
Seharian perut berasa kram kayak mau mens. Sore suntik Enox terus sebelum tidur pakai Crinone gel. Malam berasa kedinginan banget.

- Hari ke 24 (16 Oktober 2018)
Sudah nggak suntik Progestan lagi karena habis, jadi aku pakai Crinone pagi-sore. Pagi setelah sarapan minum Folbiol, sorenya suntik Enox. Kram perutnya makin lumayan sakit, plus aku jadi makin sensian.

- Hari ke 25 (17 Oktober 2018)
Hari ini waktunya tes kehamilan. Pagi ngukur BBT (Body Basal Temperature) masih tinggi, terus pakai Crinone. Berangkat ke RS sama suami. Ambil darah dan hasilnya keluar siang. Pas balik ke RS aku sendirian karena suami harus ngantor. Namaku dipanggil, aku masuk ketemu dokter Oya dan dokter satunya lagi yang aku nggak tahu namanya. Dan ternyataaaa...hasilnya NEGATIF :(
Ya sudahlah, belum rezeki kami untuk saat ini.

- Hari ke 26, 1 hari pasca tes darah (18 Oktober 2018)
Semua obat-obatan hormonal sudah nggak aku pakai. Enox juga diganti dengan aspirin seperti sebelum program.
Tiba-tiba aku teringat masa- masa "perjuangan". Rasa sakit karena suntikan Progestan masih belum hilang sepenuhnya. Yaa Rabb.. belum rezeki memang, tapi haruku memenuhi relung hati. Begini ya rasanya berjuang untuk menjadi seorang ibu...disuntik di mana-mana, mulai dari lengan untuk ambil darah (yang kadang diambil dari punggung tangan juga), suntik di perut, lengan bawah, sampai pantat. Berbekas bekuan darah di perut karena suntikan obat pengencer darah.. Belum lagi sakitnya waktu ET, deg-degannya setelah ET, harapan-harapan dan doa-doa..
Tapi aku percaya, semua akan indah pada waktunya, insyaAllah.


Sunday, August 5, 2018

Langkah Selanjutnya, Tetap Berusaha

Di hari ke dua siklus menstruasi, aku dan suami putuskan untuk ke rumah sakit. Kali ini kami pindah ke Zübeyde Hanım Hastanesi untuk promil kami selanjutnya.
 
Berangkat dari rumah jam 7.50 pagi, kami sampai di RS jam 9. Suami ambil nomor antrian dan aku diam-diam memperhatikan tulisan berjalan di loket 7. Ah, bahasa Turkiku belum bener, nih. Aku panggil suami untuk membaca tulisan tersebut. Dia pun berjalan menuju loket 7, yaitu loket untuk yabancı atau orang asing. Oh yes, kami nggak perlu antri lama. Hehe.. agak curang sih sebenarnya. Selanjutnya kami menuju ke Kadın Doğum 27 khusus untuk infertility.
 
Di situ, suami menjelaskan tentang maksud kedatangan kami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dokter tentang riwayat kesehatanku. Dokter di ruangan 27 ini meminta kami untuk ke ruangan 26, yaitu ruangan konsultasi program bayi tabung. Ah.. bayi tabung ya? Aku memang agak kurang setuju dengan ide ini, tapi jika ini yang terbaik, bismillah, ini ikhtiar kami.
 
Kami disambut oleh dokter Oya Aldemir yang ramah. Suami kembali menjelaskan hal yang sama ke dokter Oya. Beliau memintaku untuk bersiap di ruangan untuk USG transvaginal untuk memeriksa endometrium dan ovarium. Setelahnya beliau kembali memanggil suamiku dan menjelaskan bahwa aku harus ambil darah lalu ke poli Dahiliye dan Anestezi, setelah itu kami diminta menuju ke Tüp Bebek Merkezi di gedung yang berbeda untuk pendaftaran program bayi tabung.
 
Di Tüp Bebek Merkezi, kami mendaftarkan diri. Kami diminta menunggu beberapa saat kemudian muncul dokter Oya yang memberikan beberapa instruksi untukku, salah satunya adalah histeroskopi yang dilakukan pada tanggal 2 Agustus. Seorang perawat memberikanku sebutir tablet Cytotec yang aku sendiri nggak paham kegunaannya. Yang jelas tablet ini harus dikonsumsi (di bawah lidah) sebelum dilakukan proses histeroskopi.
 
Tanggal 2 Agustus jam 8 pagi, aku dan suami kembali ke RS untuk ofis histeroskopi. Hmm.. jujur aku deg-degan karena sudah pernah merasakan HSG yang rasanya enggak banget :(
Sekitar hampir jam 10, perawat memanggil namaku. Aku masuk ke dalam ruangan dan diminta berganti bawahan. Eng ing eng.. dokternya laki-laki. Hiks.. mau gimana lagi? Sebelum proses, sang perawat menyemprot bagian bawahku. Kemudian dokter datang beserta peralatan perangnya. Beliau memasukkan kamera kecil ke dalam rahimku. Awalnya biasa saja, tidak berasa apa-apa. Tapi lama-lama terasa mules agak nyeri. Dokter memintaku untuk melihat ke layar. Beliau menunjukkan bagian dalam rahimku. Yah, tapi aku nggak konsen, habisnya terasa mules-mules nyeri itu lho..
 
Oke, histeroskopi done. Alhamdulillah, dokter bilang rahimku normal. Beliau memintaku untuk datang kembali di hari ke dua siklus menstruasi.
 
Visit ke RS kali ini ada sekitar 6 tube darahku diambil. Hehe.. Lumayan, pulang dari RS kepalaku sakit dan berasa agak mual. Oh ya, setelah histeroskopi aku keluar flek selama beberapa hari.
 
Nampaknya di siklus bulan ini kami belum akan balik ke RS dikarenakan suami lebih memilih untuk menghabiskan liburan Kurban Bayram di kampung halamannya. That's okay. Aku akan tuliskan lagi kelanjutan cerita kami setelah kembali dari RS bulan depan, insyaAllah.

Thursday, June 29, 2017

Belum Rezeki

Update lagi tentang inseminasi. Ternyata inseminasi ke dua pun masih belum rezeki. Berarti Allah masih menghendaki kami untuk lebih menyiapkan diri lagi. İnsyaAllah kalo sudah waktunya, si kecil bakal hadir juga.

Tetep semangattt ^_^

Friday, April 21, 2017

Inseminasi Kedua

Ah yaa....ternyata aku memang beneran belum update hasil inseminasi pertama. Yup, sesuai judul yang aku tulis, aku baru melaksanakan inseminasi ke-dua, yang artinya insem pertamaku gagal.

Sedih? Pasti. Tapi sudah aku duga akan gagal. Masalahnya, setelah inseminasi aku stres berat. Entah memang itu efek obat hormon progesteron yg kupakai atau apa, aku nggak tau. Yang pasti Allah belum berkehendak memberikan rezeki berupa keturunan untuk kami.

Tanggal 13 April 2017 kemaren ini inseminasi keduaku dilaksanakan. Berbeda dengan inseminasi pertama, kali ini aku nggak mengalami flek maupun kram setelah insem. Tapi kram perut bawah baru mulai muncul 5 hari setelahnya. Setelah insem pertama, aku sensitif banget, dikit-dikit nangis. Pokoknya stres berat deh. Nah, kebalikan dari yang sebelumnya, kali ini aku nggak ada sedih mewek, yang ada malah sering marah-marah ke suami. Maafkan ya, pak bossss..

Aku suka penasaran. Makanya seminggu setelah insem kali ini aku coba pakai test pack. Hasilnya mengejutkan, bikin deg-degan happy karena muncul garis pink samaarrr banget di garis test. Tapi...aku takut kalau hasilnya ternyata cuma false positive karena efek Ovitrelle 😯 jadi galau..
Kata suamiku aku ini sabırsız alias nggak sabaran. Hmmmm....baiklah, kami tunggu sampai tgl 28 April 2017 (hari ke 15 setelah insem) aja deh. Kami bakal ke RS untuk tes darah Beta HCG yang hasilnya lebih akurat daripada test pack. Bismillah.. insyaAllah beneran ada calon baby di rahimku 😊

Monday, January 16, 2017

Inseminasi

Well.. akhirnya, setelah hari Rabu (11 Januari 2017) kami ke RS Gazi dan profesor Nuray Bozkurt me-USG rahimku, beliau bilang kalo sel telur sudah oke dan ketebalan rahimku sudah 9 mm. Beliau langsung bilang "aşılama". Aşılama itu bahasa Turkinya inseminasi. Beliau menjadwalkan inseminasi pada hari Jumat (13 Januari 2017) dan meresepkan obat suntik Ovitrelle yang fungsinya untuk memecah follikel biar sel telur bisa cepat keluar dalam waktu 24-36 jam.

Aku dan suami keluar RS menuju ke apotek yang menangani obatku sebelumnya. Total dengan obat-obatan baru ini kami belum tau harganya. Katanya masih nunggu "raporlar". Kami beli juga kateter untuk proses inseminasi nanti.

Ovitrelle yang kami beli akan disuntikkan ke perutku jam 12 malam. Sebelumnya suntikan Gonal F yang tinggal 1 kali lagi, harus disuntikkan di jam yang sama seperti sebelum-sebelumnya.

Sehari setelah dari RS, aku iseng-iseng mencoba tes LH sendiri di rumah. Hasilnya positif, dua garis terang muncul. Artinya kemungkinan besar hari itu aku mulai ovulasi. Yay! ^_^

Tanggal 13 Januari 2017 jam 8 pagi aku dan suami sudah sampai di RS. Agak mellow sehari sebelumnya karena suami mengajak ibunya buat menemani aku, jaga-jaga kalau proses inseminasinya sampai siang karena suami harus berangkat ngantor. Aku merasa merana, masa iya yang menghamili siapa, yang nungguin siapa.. :(
Syukurlah paginya setelah aku bujuk, suami nggak jadi membangunkan ibunya.

Setelah mampir di kantin RS untuk sarapan, kami segera naik ke lantai 2 tempat kami biasa konsultasi (Tüp Bebek Merkezi). Para perawat yang sudah hafal dengan kami langsung mempersilakan suami untuk masuk ke ruangan khusus untuk mengambil sperma. Setelah itu kami berdua menunggu kurang lebih satu setengah jam sampai akhirnya namaku dipanggil.

Aku masuk ke ruangan dan langsung dipersilakan untuk mengganti bawahan. Salah satu perawat memintaku untuk berbaring di "kursi eksekusi" yang biasanya dipakai dokter untuk me-USG pasien. Deg-degan rasanya. Nggak lama kemudian Profesor Nuray datang dan langsung melakukan tindakan. Agak ngilu waktu beliau memasukkan alat spekulum untuk membuka miss V ku, tapi asli nggak berasa waktu beliau memasukkan kateter. Sudah begitu saja. Prosesnya cepet banget. Aku pikir malah masih ada proses berikutnya, kok tiba-tiba semua pergi dari ruangan. Aku yang sedang bingung tetap berbaring dengan pasrah sampai akhirnya ada salah satu perawat yang masuk. Aku tanya apa aku boleh berdiri? Dia menjawab, tunggu 5 menit lagi. Oh...okay, berarti proses inseminasinya sudah selesai :D

Setelah perawat memberikan kertas dan menjelaskan sedikit keterangan, aku keluar ruangan. Suamiku bertanya-tanya tapi aku bilang mending langsung tanya ke perawat deh, daripada aku salah menjelaskan. Hehe..

Ternyata dokter meresepkan beberapa obat untukku, di antaranya adalah vaginal gel merk Crinone yang berisi hormon progesterone. Obat ini baru mulai boleh aku pakai 2 hari setelah inseminasi.

Aku dan suami bergegas menuju ke apotek setelah mendapat raporlar dari dokter. Suami membayar total semua obat (Gonal F, Folbiol (asam folat), antibiotik 2 kotak, Ovitrelle dan Crinone) dengan harga hanya 170 TL (sekitar 600 ribu rupiah). Jika digabung dengan biaya RS, totalnya adalah sekitar 1 juta rupiah saja.  Murah, karena semua dicover asuransi :)

Beberapa jam setelah proses, aku mulai merasa nyeri perut plus keluar flek. Untung hanya 1-2 hari saja.

Aku nggak sabar menunggu tanggal 27 Januari 2017 ini. Tapi, apa pun hasilnya, Allah ada di balik semuanya. InsyaAllah kami sudah ikhlas dengan kehendak-Nya :)

Tuesday, January 10, 2017

Oh Baby!

Inilah.. Aku mulai memahami perjuangan pasangan suami istri untuk memperoleh keturunan. Banyak yang begitu nikah langsung jadi, banyak juga yang seperti aku harus menunggu dulu.

Empat hari yang lalu dokter di Gazi Hastanesi Ankara meresepkan beberapa jenis obat. Salah satunya adalah suntikan, dengan merk Gonal F. Bagi pasangan yang pernah menjalani program bayi tabung pasti sudah mengenal merk ini. Gonal F berisi follitropin alfa yang fungsinya adalah untuk meningkatkan kerja hormon FSH dan LH pada saat masa subur agar jumlah sel telur meningkat. Ini sih kata bu dokter temanku sesama WNI yang tinggal di Turki.

Well.. Yang namanya berjuang untuk punya anak pasti berdua dong ya tentunya? :)
Alhamdulillah aku punya suami yang bertanggung jawab dan romantis, yang siap jadi perawat dadakan. Jadi dia yang menyuntikkan obat ke kulit perutku tiap harinya.

Kita tunggu saja gimana hasilnya besok, karena besok kami harus kembali check up di Gazi Hastanesi.

Selamat berjuang juga untuk para pasangan lain di luar sana yang sedang menantikan karunia-Nya. Tetap semangat! ^_^

Monday, September 26, 2016

HSG di Gazi Hastanesi Ankara

Tanggal 7 September 2016 tepat di hari ke 3 menstruasi aku diperiksa bu profesor ahli kandungan. Setelah USG transvaginal dan bertanya tentang siklusku, beliau kasih kertas untuk ambil jadwal tes HSG (Histerosalpingografi) di Kadın Doğum (semacam poli kebidanan atau entahlah namanya jika di Indonesia). Mas petugas di loket pendaftaran waktu itu bilang kalo aku harus beli obat pereda nyeri, antibiotik dan Lipiodol Ultra Fluid (cairan kontras). Antibiotik satu pak isi 14 biji harus sudah dihabiskan sebelum hari H. Nanti pagi sebelum HSG minum obat pereda nyeri dulu. Okelah kalo begitu. Kan aku nurut-nurut aja berhubung aku awam di dunia medis.

Seharusnya tes HSG dilakukan pada siklus menstuasi hari ke 9-14. Sedangkan hari-hari itu jatuh tepat saat libur Idul Adha, jadinya mau nggak mau aku harus ambil jadwal tanggal 19 September.

Tanggal 19 September 2016 jam 10 pagi aku dan suami sudah datang. Oleh mbak petugas kami disuruh balik pukul 13:30. Sudah mulai agak kesal nih. Jam 13:20 suamiku ke loket lagi. Setelah menulis nama, kami diminta antri. Saat namaku dipanggil, kami ke loket lagi daaan...salah satu perawat bertanya apa aku sudah melakukan tes darah BetaHCG karena diharuskan tes dulu sebelum HSG, untuk memastikan aku nggak sedang hamil. Suamiku bilang kalo istrinya ini sudah minum antibiotik selama seminggu, kenapa baru sekarang diminta tes kehamilan? Kalo beneran hamil kan bahaya untuk janin. Marah-marahlah suamiku. Aku ikutan emosi, kenapa nggak dari pagi aku diminta tes darah? Kalo sudah siang kan hasilnya baru bisa dilihat besoknya..

Yaah sudahlah. Mau nggak mau kami harus mengikuti prosedur. Akhirnya tes HSG-ku diganti jadi tanggal 22 September jam 2 siang.

Tanggal 22 September aku dan 3 orang lainnya menunggu di depan ruang Skopi bagian Radiologi. Jujur aku deg-degan banget setelah tau cerita dari temanku maupun dari orang-orang yang sudah pernah menjalani HSG. Namaku dipanggil pada giliran pertama. Aduh! Nggak ada kesempatan buat nanya-nanya nih.

Masuk ke ruang Skopi, aku diminta lepas bawahan pakaian dan pakai semacam kimono tanpa lepas baju atasan. Diminta berbaring dan mulailah aku dieksekusi. Aku mencoba serileks mungkin dengan menyugesti diri kalau nggak akan terasa sakit, serta komat-kamit berdoa. Aku kira yang menangani adalah dokter, ternyata bukan. Yang menangani kami saat itu adalah perawat Kadın Doğum.

Aku diminta rileks supaya alat-alat untuk HSG bisa masuk ke rahimku tanpa hambatan. Oh ya, aku kira sebelum HSG kami akan diminta ke toilet dulu untuk BAK, ternyata nggak. Waktu itu aku takut tiba-tiba pipis atau BAB secara nggak sadar, tapi syukurlah ternyata enggak. Waktu alatnya mulai dimasukkan memang terasa agak nggak nyaman, tapi nggak sakit sama sekali. Aku nggak tau alat apa aja yang dipakai, dan aku memang nggak mau kepo karena malah bikin horor. Setelah dibersihkan, mulailah cairan kontras dimasukkan ke dalam rahim. Awalnya mules mirip seperti ingin BAB, lama-lama rasanya seperti dilep (dysmenorrhea) dan sedikit lebih nyeri. Kalau lagi dilep biasanya aku tiduran melungker untuk menahan nyeri, tapi kali ini nggak bisa. Aku nggak boleh sembarangan gerak-gerak karena di atas posisi perutku ada alat untuk memotret. Syukurlah cuma sebentar, setelahnya mbak perawat bilang sudah oke dan aku sudah boleh ganti baju. Aku keluar ruangan dengan senyum mengembang seakan lupa rasa sakitnya tadi. Ya karena memang nggak begitu terasa nyeri perut juga sesudahnya.

Untung aku sudah memakai pembalut karena sekitar 1 jam kemudian mulai keluar darah. Malamnya aku menggigil dan demam. Entah ini karena efek HSG atau memang karena hawa Turki yang sudah mulai terasa dingin.

Sampai hari ke tiga setelah HSG masih ada sedikit flek. Dan alhamdulillah tanggal 26 September tadi pagi aku balik ke RS untuk cek hasil, semuanya normal. Tinggal menunggu rezeki dari Allah saja untuk kami berdua :)